Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 01 Mei 2012

makalah implementasi teori behaoviristikpembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas,
psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan
perhatiannya pada psikologi dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek - aspek  psikologis dalam aktivitas pembelajaran, sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan mewujudkan prilaku mengajar yang efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses pembelajaran. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru.
            Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
            Teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan harus terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidak mampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Penjelasan di atas menunjukan betapa pendidikan kita saat ini sngat jelas menganut teori behavioristik. Olehnya itu dalam makalah inipun mengangkat masalah ” Implementasi Teori Behaviorisme Dalam Pendidikan”.
1.2  Rumusan Masalah
            Setelah membaca pendahuluan diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah yang dimaksud dengan teori behaviorisme?
2.    Bagaimanakah implikasi teori behaviorisme dalam pendidikan?
3.    Bagaimanakah prinsip-prinsip behaviorisme?
4.    Apakah tujuan pembelajaran behaviorisme?
1.3  Tujuan Makalah
            Tujuan paembuatan makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui  implikasi teori behaviorisme
2.    Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori behaviorisme
3.    Untuk mengetahui Aplikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran
4.    Untuk mengetahui tujuan pembelajaran behaviorisme di sekolah











BAB II
RINGKASAN MATERI

2.1  Teori Behaviorisme
            Dalam teori behaviorisme, menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar.Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
*      Prinsip-prinsip teori behaviorisme:
a)    obyek psikologi adalah tingkah laku,
b)    semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek,
c)    mementingkan pembentukan kebiasaan

*      beberapa tokoh terkenal pendiri teori behavioris adalah:
*      Edward Lee Thorndike (1874-1949)
*      Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
*      John b. Watson (1878-1958)
*      B.f. Skinner (1804-1990)
*      Albert Bandura (1925-sekarang)
*      Prinsip belajar Skinners adalah :
a)     Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
b)    Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
c)    Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
d)    Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
e)    dalam pembelajaran digunakan shapping.

2.2  Aplikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran
            Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
a)    tujuan pembelajaran,
b)    sifat materi pelajaran,
c)    karakteristik pebelajar,
d)    media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

            Teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,dan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
            Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.





2.3  Behaviorisme Dalam Sekolah
Behaviorisme, juga dikenal sebagai psikologi perilaku, adalah sebuah aliran pemikiran yang sangat menonjol di awal abad ke-20 karena para pemikir seperti John B. Watson dan BF Skinner. Bahkan, Watsonlah yang menciptakan istilah behaviorisme.
Menurut behaviorisme, semua perilaku dipelajari dan itulah sebabnya behaviorisme di sekolah terlihat sehari-hari. Untuk memahami kemampuan belajar dan karakteristik anak-anak dan remaja, perilaku berlaku teori-teori psikologi perkembangan, yang sering diyakini secara bertahap. Teori pembangunan dasarnya mengatakan bahwa seseorang menampilkan perubahan dalam kognisi, peran sosial, penalaran moral dan kepercayaan saat ia tumbuh dewasa. Dan banyak perubahan ini dipelajari berdasarkan pengalaman masa lalu.
Behaviorisme di sekolah mengakui bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda, kemampuan dan tantangan yang belajar dan hasil dari pengembangan dan perbedaan ini tampak dalam setiap individu ketika datang ke kecerdasan, kreativitas, kognisi, motivasi dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka .
Behaviorisme di sekolah menganggap bahwa siswa mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari di sekolah dan kemudian mereka dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan ini dalam situasi-situasi di luar kelas di dunia nyata. Penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan ketika siswa tidak menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh di sekolah, mereka masih bisa mempertahankan jumlah yang cukup besar pengetahuan selama bertahun-tahun dan setiap hubungan jangka panjang didasarkan pada tingkat penguasaan pengetahuan itu.
Fakta bahwa belajar di sekolah dan perguruan tinggi yang dipelajari, menunjukkan bahwa behaviorisme digunakan cukup sedikit di sekolah. Ini akan menjelaskan semua latihan dan praktek berulang-ulang bahwa siswa harus menjalani untuk mempelajari pelajaran tertentu di dalam kelas. Selain itu, guru-guru memberikan bantuan positif kepada siswa yang berkinerja baik dan mengikuti peraturan kelas. Sistem ganjaran ini, pada gilirannya, memotivasi siswa lebih jauh dan ia melakukan lebih baik. Namun, bila mahasiswa sudah pada tingkat performa tinggi, motivasi konstan melalui penghargaan dan bantuan dapat benar-benar mengurangi kinerja siswa dan ini adalah sesuatu yang mengikuti tingkah laku guru di sekolah harus sadar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Teori Beahoviorisme
            Kaum kaum behaviorisme menjalaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reiforcemen dan punishment menjadi stimulus untuk merangasang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakaan kerangka behasvioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keeterampilan tertentu. Kemudian bagian-bagian tersebut  disusun secara hirarki, dari yang sederhana ssampai yang komplek (paul,1997).
            Pandangan teori behavioristik telah lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, toeri skinnerlah yang paling besar pengeruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajarn berprogram, modul, dan pembelajaran lainya, yang berpijak pada konsep hubungan stimulus dan respon, serta memeentingkan factor-faktor penguat (reinforcmen), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori yang dikemukakan skinner.
            Teori behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatn yang sama. Pandangan ini tidak dapaat menjelaskan mengapa dua anak yamg mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relative sama,ternyata perilakunya terhadap sati pelajaran berbeda, begitu juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitany. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanyapengaaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsure-unsur yang diamati tersebut.
            Teori behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linear,konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajarmerupakan proses pembentukan atau shapping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shapping.
            Factor lain yang dianggap oleh aliran behavioris adalah factor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
3.2  Aplikasi Tori Behavioristik Dalam Pembelajaran
            Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
            Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
            Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
3.3 Implikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran
            Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan. Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia. Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.
            Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
3.4  Tujuan Pembelajaran Behaviorisme
            Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
            Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
3.5 Tokoh-Tokoh Yang Mendukung Teori Behavioristik
            Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.
*      Teori Belajar Menurut Thorndike(1874-1949)
            Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
*      Teori Belajar Menurut Watson(1878-1958)
            Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
*      Teori Belajar Menurut Clark Hull
            Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
*         Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
            Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
            Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
*      Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
            Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
*   Tori Belajar Menurut Skinner(1804-1990)
            Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
*      Albert Bandura (1925-sekarang)
            Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkankonsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
            Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
            Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
            Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
            Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
3.2 Saran
            Kami menyadri bahwasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri makassar terutama mahasiswa Program Studi tpendidikan teknik elektronika.

 

tv online

Widget TV Online Mivo TV Online